Tahun ini, penyelenggaraan Forum Rakyat Asia Eropa yang ke 13 dilakukan secara daring karena pandemi covid-19. Setelah mengalami bebrapa penundaan akhirnya kegiatan ini berlangung dari tanggal 17 hingga 24 Mei 2021. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bahwa pertemuan AEPF selalu berbarengan dengan forum tingkat tinggi Asia Europe Meeting (ASEM), namun di tahun ini belum jelas kapan ASEM akan diselenggarakan. Meskipun AEPF adalah agenda tandingan ASEM namun di tahun ini tampil berbeda, krisis covid-19 tidak menyurutkan para aktifisnya untuk tetap menggelar forum rakyat terbesar se Asia dan Eropa.
Jika ASEM adalah pertemuan resmi para kepala negara dan menteri negara-negara Asia dan Eropa, maka AEPF adalah pertemuan antar organisasi rakyat lintas kedua benua tersebut. Sejak awal didirikan AEPF bertujuan untuk membangun jaringan solidaritas, memajukan perdamaian, demokrasi partisipatif, keadilan sosial, penegakan ham, keaulatan pangan dan hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri. AEPF adalah ruang yang menghubungkan perjuangan dan visi kerakyatan di kedua benua.
Prinsip-prinsip yang kritis dan progresif ini menjadikan AEPF dalam posisi yang selalu bersebrangan dengan ASEM, mengkritisi kebijakan Uni Eropa dan sebagian besar negara-negara Asia, khususnya di bidang ekonomi yang selalu mengusung agenda pasar bebas. Perdagangan bebas yang dinilai sebagai agenda kapitalisme dan kekuatan kaum neoliberal yang merugikan dan menindas rakyat kecil.
Selama delapan hari pertemuan yang diisi dengan kegiatan diskusi secara daring (online) mengenai berbagai macam isu dunia saat ini, juga diisi dengan pertemuan yang membahas situasi yang sedang memanas di masing-masing negara. Seperti di India saat ini petani tengah melakukan mogok nasional untuk menolak tiga paket undang-undang di sektor pertanian yang akan membawa liberalisasi dan merugikan para petani. Dan di Indonesia membahas mengenai program Food Estate yang berpotensi melanggar hak-hak petani kecil yang tertuang dalam deklarasi PBB tentang Hak Asasi Petani dan Orang yang Bekerja di Pedesaan (UNDROP).
Tema pada pertemuan tahun 2021 ini adalah ‘Asia Europe People’s Forum for a Just, Peaceful and Sustainable World‘ . Tema ini diangkat karena para aktifis AEPF melihat bahwa saat ini sedang terjadi krisis iklim dan biodiversitas yang sangat luar biasa, munculnya rezim otoritarian dan meningkatnya perlakuan diskriminatif, ketidak adilan yang semakin meningkat dan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia sebagai ancaman yang mendasar. Nantinya akan dibuat satu dokumen lengkap atas isu-isu tersebut.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, even ini juga terbagi menjadi beberapa klaster diantaranya:
- Keadiilan iklim dan transisi berkeadilan
- Kedaulatan pangan
- Perdagangan yang adil dan tanggung jawab korporasi
- Keadilan sosial dan jaminan sosial
- Perdamaian dan keamanan
- Demokrasi partisipatif dan hak asasi manusia dan hak migran
AEPF 13 Indonesia
Di Indonesia sendiri hajatan AEPF 13 juga digelar secara nasional dengan mengangkat 2 tema besar yaitu transisi berkeadilan dan inisiatif lokal melawan dominasi global. Kondisi abainya pemerintah terhadap keberlangsungan hidup rakyat dari dampak Covid19, perlu dijadikan refleksi bagi gerakan rakyat untuk tidak menaruh harapan besar pada pemerintah. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk membangun solusi alternatif dari kegagalan sistem kapitalisme yang tidak mensejahterakan rakyat. Kesemuanya itu penting dilakukan dengan semakin memasifkan gerakan rakyat bantu rakyat tidak hanya saat pandemi Covid19, namun harus terus dilanjutkan pasca pandemi ini berakhir.
Sudah banyak inisiatif lahir dari gerakan masyarakat akar rumput yang melakukan terobosan untuk saling bantu sesama rakyat atau biasa disebut dengan gotong royong. Inisiatif itu lahir karena sistem yang ada saat ini hanya menguntungkan kelompok elitis oligarki tertentu saja. Karenanya, penting inisiatif yang lahir dari gerakan akar rumput diadopsi dan dikembangkan menjadi kebijakan berskala nasional.
Rangkaian kegiatan ini ditutup dengan pernyataan sikap komitmen bersama dengan tajuk “I Commit, We Commit”, Hampir seluruh peserta menyatakan komitmen dan kesanggupannya untuk terus maju dan berjuang menghadapi ketidak adilan global dan bersolidaritas terhadap perjuangan rakyat tertindas di kawasan Asia, Eropa dan benua lainnya.