Dunia saat ini tengah mengalami berbagai krisis: Kelaparan yang terus meningkat sejak 2014 dan saat ini mempengaruhi hingga 811 juta orang, konsumsi produk pangan ultra-proses yang telah memicu pandemi obesitas dan penyakit tidak menular lainnya, perubahan iklim yang berdampak buruk pada mata pencaharian jutaan orang, dan hilangnya keanekaragaman hayati yang semakin mengkhawatirkan. Model produksi dan distribusi pangan saat ini sangat tidak berfungsi, dan konsekuensi dari model ini memerlukan biaya tinggi jika digunakan untuk sistem publik.
Ketika kasus pertama COVID-19 menjadi berita utama satu setengah tahun yang lalu, sesuatu yang awalnya hanya merupakan krisis kesehatan masyarakat, dengan cepat berubah menjadi krisis mata pencaharian dan pangan bagi banyak orang. Pemerintah di seluruh dunia mengadopsi langkah-langkah drastis yang sering diterapkan tanpa pandang bulu dan menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan pendapatan – terutama pekerja harian dan pekerja lainnya yang bekerja di pasar informal. Dengan tidak adanya atau tidak memadainya jaringan perlindungan sosial, langkah-langkah ini telah nyaris membuat sebagian besar masyarakat tidak mampu bertahan hidup. Dalam krisis pangan ini, jumlah mereka yang menderita kelaparan telah meningkat secara drastis hingga 161 juta hanya dalam waktu setahun.
Berbagai kelompok masyarakat di seluruh dunia menyerukan keadilan yang lebih besar, dan jumlah demonstran terus bertambah. Pemerintah harus mendengarkan rakyat mereka dan memenuhi tuntutan terhadap hak mereka. Dengan menganggap serius tuntutan rakyat dan menerapkan praktik nyata untuk mengatasi krisis, sumber daya pemerintah akan digunakan dengan cara yang jauh lebih berkelanjutan, sehat, dan adil.
Selengkapnya sila unduh dokumen disini.